POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Kemiskinan Indonesia mencapai rekor tertinggi – Dunia

Kemiskinan Indonesia mencapai rekor tertinggi – Dunia

Seorang penambang beristirahat saat bekerja di tambang timah di Topowali, pesisir selatan Pulau Bangka, Indonesia, pada 29 April 2021. [Photo/Agencies]

Tingkat kemiskinan Indonesia turun ke rekor terendah pada tahun ini, sementara ketimpangan, yang diukur dengan koefisien Gini, mencapai titik terendah dalam lebih dari satu dekade. Namun, menurut angka resmi terbaru, kedua angka tersebut masih jauh dari target pemerintah.

Tingkat kemiskinan turun menjadi 9,03 persen pada bulan Maret, mengalahkan rekor sebelumnya sebesar 9,22 persen pada tahun 2019. Berdasarkan sistem yang digunakan sejak tahun 1998, angka tersebut merupakan yang terendah dalam sejarah negara ini, kata Direktur Statistik Indonesia Nurma Midayanti kepada The Jakarta Post.

Biro Statistik menetapkan garis kemiskinan sebesar 582.932 rupee ($35,56) per orang per bulan dalam survei bulan Maret.

David Sumual, kepala ekonom di Bank Central Asia, bank swasta terbesar di Indonesia, mengatakan bahwa angka kemiskinan telah turun ke titik terendah dalam sejarah merupakan kabar baik, namun ia mencatat bahwa ukuran kemiskinan itu “rumit” karena didasarkan pada definisi relatif.

Banyak masyarakat Indonesia yang tidak dianggap miskin hanya berada sedikit di atas ambang batas, sehingga mereka cenderung tergelincir ke bawah garis kemiskinan.

“Jadi kalau ada perubahan harga atau inflasi yang lebih tinggi, atau perubahan pendapatan atau daya beli, maka akan berdampak pada angka kemiskinan, pasti akan naik,” kata Sumuwal.

Bank Dunia memperkirakan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia akan mencapai 16 persen pada tahun 2022, di bawah garis kemiskinan standar organisasi global sebesar $3,2 per hari. Sementara itu, angka pemerintah adalah 9,57 persen pada basis marjinalnya pada tahun yang sama.

Meski relatif membaik, angka kemiskinan masih jauh di bawah angka normal. Misalnya, APBN tahun 2024 menetapkan target angka kemiskinan sebesar 6,5 hingga 7,5 persen pada tahun ini.

Jika semua faktor lainnya tetap konstan, batas target yang ditetapkan oleh pemerintah akan “dapat dicapai,” kata Sumual, namun pandemi telah mendorong hal tersebut.

Seperti halnya kemiskinan, ketimpangan, yang diukur dengan koefisien Gini, turun menjadi 0,379 poin pada bulan Maret, dibandingkan dengan angka terendah sebesar 0,378 pada tahun 2010, menurut badan statistik, yang menunjukkan bahwa ketimpangan di wilayah perkotaan lebih tinggi dibandingkan di wilayah pedesaan.

Koefisien Gini yang semakin tinggi mencerminkan tingkat ketimpangan ekonomi yang semakin tinggi. APBN tahun ini menargetkan indeks antara 0,374 hingga 0,377.

Komposisi Bank Central Asia, perbedaan antar wilayah dan populasi merupakan hal yang penting, dan studi ini mungkin mengungkapkan kesenjangan yang semakin buruk.

“Di sinilah fungsi keuangan distribusi dan realokasi berperan,” katanya. “Mereka adalah faktor kunci dalam menjadikan pertumbuhan kita lebih inklusif.”

Pos Jakarta

READ  Sampah untuk beras: Program daur ulang poli memberikan garis hidup menular bagi keluarga