M. Taufigurrahman (Jakarta Post)
Premium
Jakarta ●
Senin, 10 April 2023
Kurangnya benang pemersatu, nasionalisme Indonesia lebih ditentukan oleh rasa negasi daripada etika komitmen.
Ketiadaan tema pemersatu untuk menyatukan kumpulan ratusan bahasa, budaya tradisional dan suku bangsa menjadi sebuah negara-bangsa telah mengakibatkan kondisi dimana kita lebih ditentukan oleh apa adanya kita daripada apa adanya kita.
Para pendiri negara menolak untuk menerima satu posisi yang mudah didefinisikan di Indonesia. Indonesia bukanlah Timur atau Barat, sebuah negara Islam atau sekuler dan untuk sebagian besar sejarah negara itu, telah menolak untuk mengakui demokrasi gaya Barat, sambil menjauh dari kecenderungan otoriter kiri. Bagi Indonesia, itu adalah satu Demokrasi Derpimpin (Demokrasi Terpimpin) atau Musyavarah Unduk Muqat (Diskusi untuk Konsensus).
Satu-satunya yang mendefinisikan Indonesia, fondasi di mana bangsa ini dibangun, adalah gagasan perjuangan bersama melawan berbagai kekuatan imperialis.
Baca cerita lengkapnya
BERLANGGANAN SEKARANG
Dari Rp 55.500/bulan
- Akses tak terbatas ke konten web dan aplikasi kami
- E-Post adalah koran digital harian
- Tidak ada iklan, tidak ada gangguan
- Akses eksklusif ke acara dan program kami
- Berlangganan buletin kami
Atau biarkan Google mengelola langganan Anda
“Pembaca yang ramah. Penggemar bacon. Penulis. Twitter nerd pemenang penghargaan. Introvert. Ahli internet. Penggemar bir.”
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi