Indonesia mampu memproduksi 40 persen dari total produksi minyak nabati dunia
Nusa Dua, Bali (Antara) – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Erlanga Hartarto menyatakan industri kelapa sawit akan berkontribusi pada keberlanjutan pemulihan ekonomi.
“(Ini) tidak hanya akan membantu sektor ekonomi tetapi juga aspek sosial dan lingkungan,” katanya pada Indonesia Palm Oil Conference (IPOC) 2022 di Nusa Dua, Bali, Kamis.
Pertemuan International IPOC ke-18 berlangsung pada 3 dan 4 November setelah diselenggarakan secara online selama dua tahun berturut-turut akibat pandemi COVID-19.
Menurut Hartarto, kontribusi kelapa sawit terhadap perekonomian nasional tidak bisa dipisahkan, apalagi Indonesia menguasai sekitar 58 persen pasar kelapa sawit dunia dan menggunakan setidaknya 10 persen lahan minyak nabati dunia.
“Indonesia mampu memproduksi 40 persen dari total produksi minyak nabati dunia,” ujarnya.
Dia mengutip penelitian yang menyebutkan bahwa untuk memproduksi satu ton kelapa sawit hanya dibutuhkan lahan 0,3 hektar, sedangkan untuk minyak lobak dibutuhkan lahan 1,3 hektar.
Demikian pula, 1,5 hektar dan 2,2 hektar lahan akan dibutuhkan masing-masing untuk menghasilkan satu ton minyak bunga matahari dan minyak kedelai.
Artinya minyak sawit memiliki rendemen yang lebih tinggi dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
Oleh karena itu, kata dia, dengan penerapan regulasi yang efektif, industri kelapa sawit akan berkontribusi pada keberlanjutan pemulihan ekonomi nasional.
Beberapa regulasi terkait industri kelapa sawit antara lain Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Periode 2019-2024 yang menjadi peta jalan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk mencapai keseimbangan sosial, pembangunan ekonomi dan konservasi lingkungan. .
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2020 tentang Sistem Sertifikasi Budidaya Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia bertujuan untuk memastikan dan mengembangkan pengelolaan perkebunan kelapa sawit sesuai dengan standar Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO) dalam rangka meningkatkan daya saing di pasar domestik dan internasional dan meningkatkan upaya percepatan pengurangan emisi gas rumah kaca.
Sementara itu, Presiden Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (JAPKI) Joko Sopriono menyatakan bahwa para pelaku industri kelapa sawit nasional optimis menghadapi peluang di tahun 2023.
“Melalui kebijakan pemerintah yang mendukung, kami yakin industri sawit nasional dapat tumbuh dengan mantap di tengah dinamika pasar dan ekonomi,” ujarnya.
Kepala Keuangan Publik Gapki Bambang Aria Wisena mengatakan, ke depan industri kelapa sawit membutuhkan kebijakan yang mendukung keberlanjutan industri sebagai tulang punggung perekonomian nasional.
“Hingga beberapa dekade ke depan, perekonomian Indonesia akan berada di sektor kelapa sawit yang akan berkontribusi dalam pemulihan ekonomi,” ujarnya.
Berita Terkait: Pasar Ekspor Alternatif Minyak Sawit Asia dan Timur Tengah: Seorang Ekonom
Berita Terkait: KJRI Kuching memberikan dukungan untuk pekerja migran legal di Sarawak
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian