POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Indonesia mencanangkan strategi nasional untuk digitalisasi pertanian

Indonesia mencanangkan strategi nasional untuk digitalisasi pertanian

TEMPO.CODan JakartaStrategi Nasional e-Agriculture merupakan kerjasama antara Food and Agriculture Organization dan Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pertanian. Hal itu bertujuan untuk mempercepat pembangunan pertanian.

Food and Agriculture Organization bekerja sama dengan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdaten) Kementerian Pertanian meluncurkan Strategi Digitalisasi Pertanian Indonesia, National e-Agriculture Strategy. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Dr. Kasdi Soybagyono mengatakan kerjasama ini akan mempercepat pembangunan pertanian. Dalam konferensi tersebut, beliau mengatakan, “Strategi nasional e-agriculture bertujuan untuk memfasilitasi alat-alat yang sangat dibutuhkan oleh kementerian untuk mempercepat pembangunan pertanian kita di hulu, di ladang, dan setelah panen, sehingga petani memperkuat posisinya di pasar pertanian. industri.” Peluncuran Strategi Nasional e-Agriculture di Yogyakarta pada Selasa, 28 Februari 2023.

Alat yang dibutuhkan kementerian antara lain data luas lahan garapan, data produktivitas, jalur pemasaran, diversifikasi harga barang konsumsi, dan keamanan pangan. Data yang komprehensif tersebut dapat mempercepat pengembangan Early Warning System (EWS) yang dapat mengurangi dampak bencana tertentu di suatu negara.

Data akurat diperlukan mengingat Indonesia sebagai negara berpenduduk terbesar keempat di dunia merupakan penghasil utama produk pertanian. Hampir 45 persen penduduk tinggal di pedesaan, dan lebih dari 90 persen penduduk pedesaan bekerja di sektor pertanian sebagai petani skala kecil. Lahan pertanian menyumbang 32 persen dari total luas negara, dan sektor pertanian menyumbang sekitar 14 persen terhadap PDB nasional.

Namun kenyataannya sektor pertanian masih menghadapi berbagai tantangan. Ini termasuk biaya produksi yang tinggi dan praktik padat karya. Petani kecil selalu bekerja keras, tetapi mereka belum menerima bagian yang sama dari hasil kerja keras mereka.

Roadmap untuk Strategi Nasional e-Pertanian antara lain menyatakan bahwa pada tahun 2027 Indonesia akan memiliki database terintegrasi lahan pertanian dan petani, selain menyediakan sistem peringatan dini digital untuk bencana yang mengancam produksi pertanian, dan mengoperasikan sistem untuk pengumpulan, ekstraksi dan analisis data pertanian. “Titik masuk utama untuk mengubah sistem pertanian pangan Indonesia adalah digitalisasi pertanian. Digitalisasi akan menghasilkan data yang andal dan platform bagi pembuat keputusan untuk membuat kebijakan yang tepat sasaran. Kita perlu mengumpulkan data real-time untuk informasi yang lebih transparan agar memungkinkan petani untuk mengakses pasar dengan lebih baik, kata Rajendra Arial, Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor-Leste.

Rajendra melanjutkan, digitalisasi pertanian juga menjadi salah satu cara menarik pemuda untuk terjun ke dunia agribisnis. “Digitalisasi adalah masa depan, dan masa depan sekarang adalah pemberdayaan perempuan, laki-laki dan pemuda di bidang pertanian,” ujarnya.

Salah satu solusi digital dasar dalam Strategi e-Pertanian Nasional adalah basis data yang andal untuk pengambilan keputusan. Hal ini ditunjukkan dalam sistem Platform Pengumpulan Data (DCP) yang dapat mengumpulkan data pertanian dari berbagai sumber dan sistem. “Setelah data tersedia, penerapan e-solutions lainnya relatif mudah diikuti dan diintegrasikan. E-solutions akan diimplementasikan untuk setiap daerah secara selektif berdasarkan kebutuhan daerah, ketersediaan infrastruktur, dan kearifan lokal,” kata Rajendra.

Bekerjasama dengan Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada, Kementerian Pertanian dan Food and Agriculture Organization telah menciptakan perangkat lunak kontrol online dan seluler yang dapat merekam data secara real time. Data yang dikumpulkan dan disusun DCP di lapangan terkait dengan Agriculture War Room Kementerian Pertanian (AWR) di Jakarta.

Penyuluh pertanian di Desa Margoloye, Yogyakarta, dan petani kopi di Desa Bupuan, Bali menjadi bagian dari proyek percontohan DCP. Pada Januari tahun ini, Kementerian Pertanian memperluas proyek percontohan ke Subang, Jawa Barat. FAO bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) juga mengembangkan database untuk menghitung total luas lahan pertanian dan produktivitas tanaman yang sedang berjalan.

Kerjasama ini juga bertujuan untuk mengintegrasikan data satelit BRIN dengan data di lapangan yang terekam di DCP.

Informasi TEMPO