Indonesia menaikkan harga bahan bakar sekitar 30 persen pada hari Sabtu dan memotong pengeluaran untuk meningkatkan subsidi meskipun ada risiko protes massal, bahkan ketika para ahli mengatakan kenaikan itu dapat membahayakan pemulihan ekonomi dari pandemi COVID-19.
Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo mengatakan harga bensin bersubsidi naik menjadi Rp 10.000 ($ 0,67) per liter dari Rp 7.650 ($ 0,51), sedangkan biaya solar bersubsidi naik menjadi Rp 6.800 per liter dari Rp 5.150. Kenaikan harga mulai berlaku pada hari Sabtu pukul 14.30.
Jokowi mengatakan anggaran subsidi meningkat lebih dari tiga kali lipat menjadi 502,4 triliun rupee (34 miliar dolar AS) karena harga bahan bakar global melonjak.
“Saya sangat ingin harga BBM lokal tetap terjangkau dengan memberikan subsidi, tapi anggaran subsidi sudah tiga kali lipat dan akan terus naik,” kata Presiden saat konferensi pers di Jakarta.
“ini [fuel price hike] Ini adalah pilihan terakhir pemerintah.”
Kenaikan harga ini adalah yang pertama sejak 2014, ketika kenaikan 30 persen harga bahan bakar menyebabkan protes nasional dan pemogokan oleh mahasiswa dan operator transportasi. Warga di sini melihat bahan bakar bersubsidi sebagai kewajiban pelayanan publik, kata Bank Pembangunan Asia, dan kenaikan harga bahan bakar adalah masalah yang sangat sensitif yang telah menyebabkan kerusuhan di masa lalu.
Partai Buruh dan beberapa organisasi buruh telah mengancam akan mengadakan protes di beberapa kota di seluruh negeri pada 6 September.
Saeed Iqbal, Ketua Umum Partai Buruh, mengatakan kenaikan harga akan sangat memukul buruh, terutama buruh pabrik, yang sudah tiga tahun tidak menerima kenaikan gaji.
Dia juga mengatakan PHK massal mungkin terjadi sekarang karena perusahaan mencoba meningkatkan laba setelah kenaikan harga bahan bakar.
“Jika pemerintah dan DPR tidak mendengar protes 6 September, Partai Buruh dan Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) akan melakukan tindak lanjut,” katanya.
Kantor berita Reuters melaporkan bahwa selama beberapa hari terakhir, telah terjadi protes kecil di beberapa kota setelah muncul berita tentang kenaikan harga bahan bakar.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers yang sama yang digelar Jokowi mengatakan, pemerintah telah merencanakan bagiannya untuk memitigasi dampak kenaikan harga BBM.
Dia mengatakan pemerintah mengalokasikan sebagian dari subsidi bahan bakar, Rp 12,4 triliun, sebagai bantuan tunai langsung kepada 20,65 juta keluarga yang membutuhkan.
Selain itu, diumumkan subsidi upah 9,6 triliun rupee untuk 16 juta pekerja dengan upah bulanan kurang dari 3,5 juta rupee.
“Kami juga meminta pemerintah daerah untuk menggunakan 2 persen dari dana remitansi publik untuk transportasi umum, taksi online, dan untuk membantu nelayan,” kata Jokowi.
Menteri Sosial Tri Rismaharini mengatakan bantuan tunai langsung akan disalurkan dalam dua bagian, pada September dan Desember. Ia mengatakan, pemerintah juga telah menetapkan masa pendaftaran bagi masyarakat yang membutuhkan bantuan keuangan.
Orang dapat mengajukan permintaan bantuan, dan kami akan memeriksanya dengan asisten kami. “Kami memiliki 70.000 asisten,” kata Resmaharini.
“Mekanisme yang kurang kreatif”
Ekonom Bhima Yodestra mengatakan bahwa kenaikan harga bahan bakar memiliki efek riak pada perekonomian, menyebabkan kenaikan harga semua komoditas, termasuk makanan, dan inflasi makanan sudah tinggi.
Inflasi harga pangan tercatat 8,55 persen tahun-ke-tahun pada Agustus, dan mungkin melebihi 10 persen pada September, kata Bhima, direktur eksekutif Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELUS).
Masyarakat jelas belum siap menghadapi peningkatan [fuel] harga,” kata Bima Pinar kepada News.
“Menaikkan harga adalah mekanisme yang paling tidak kreatif.”
Ekonom lain, Fahmy Rady, mengatakan kenaikan harga BBM akan menyebabkan perlambatan ekonomi.
“Daya beli masyarakat akan menurun dan pertumbuhan ekonomi akan turun lagi karena konsumsi merupakan komponen terbesar pertumbuhan ekonomi Indonesia,” kata Fahmy dari Universitas Gajah Mada kepada Pinar News.
Mamet Sitiawan, CEO Energy Watch, mengakui pertumbuhan akan melambat, tetapi mengatakan pemotongan subsidi bahan bakar tidak bisa dihindari.
Perlambatan ekonomi pasti akan terjadi. Ekonomi yang tumbuh di dalamnya [about] 5 persen [in the second quarter of 2022]Dia mengatakan kepada Pinar News.
“Namun, subsidi itu kontraproduktif karena memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin,” kata Mamet kepada BeritaBenar.
Menurutnya, kebijakan subsidi BBM telah memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin karena si kaya juga menikmati manfaat subsidi, yang meningkatkan tekanan pada anggaran negara.
Perwakilan Pusat Sartono Hutomo, Anggota DPR, sependapat dengannya.
Dia mengatakan pemerintah perlu mereformasi distribusi bahan bakar bersubsidi daripada menaikkan harga.
“Tugas sebenarnya adalah mengontrol distribusi BBM bersubsidi kepada mereka yang memang berhak,” kata politisi Partai Demokrat itu dalam sebuah pernyataan.
“Kenaikan harga bukanlah solusi yang diinginkan orang.”
Nizaruddin Latif dari Jakarta berkontribusi dalam laporan ini.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia