China telah menandatangani janji senilai US$2,6 miliar untuk membeli minyak sawit mentah (CPO) dan produk turunannya dari Indonesia, yang memungkinkan negara kepulauan tersebut mendapatkan dorongan perdagangan dari mitra dagang utamanya di tengah resesi global.
Jumlah tersebut mencakup total 2,5 juta ton CPO dan beberapa produk turunannya, termasuk kesepakatan antara sembilan perusahaan Indonesia dan 13 pembeli.
Penandatanganan hari ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan bilateral kedua negara pada akhir Juli lalu, yang menegaskan komitmen China untuk membeli 1 juta ton CPO Indonesia dan beberapa produk perikanan, kata Menteri Perdagangan Indonesia Zulkifli Hassan dalam sebuah pernyataan. Jumat.
Komitmen tersebut merupakan yang pertama dalam beberapa bulan setelah Indonesia terjerumus ke dalam krisis minyak sawit meskipun merupakan produsen terbesar dunia, mendorong pemerintah untuk melarang ekspor guna mengamankan pasokan CPO untuk pasar dalam negeri dan menurunkan harga minyak goreng.
Berbulan-bulan setelah larangan dicabut, negara tersebut menghadapi masalah lain: menghadapi kesulitan dalam menjualnya ke luar negeri, yang menyebabkan kelebihan pasokan dan harga yang lebih rendah di pasar lokal, kemudian diikuti upaya untuk memindahkan barang ke pasar internasional.
Empat asosiasi lokal, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Gabungan Penyulingan Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Asosiasi Industri Minyak Goreng Indonesia (AIMMI), dan Asosiasi Produsen Bahan Kimia Minyak Indonesia (Apolin) melakukan co-signed dengan China Chamber Perdagangan untuk Impor. dan ekspor bahan makanan, produk lokal dan produk hewani (CFNA).
Zulkifli meyakinkan publik bahwa kesepakatan itu akan membuat pasokan minyak goreng tidak terganggu, dengan alasan pemerintah telah mengamankan bahan baku yang diperlukan melalui Komitmen Pasar Domestik (DMO) dan Komitmen Harga Domestik (DPO).
Selain itu, China telah menandatangani komitmen terkait produk perikanan Indonesia, namun kementerian belum mengungkapkan nilai ekspor potensial, maupun kuantitas yang dibeli.
Menandatangani CFNA bersama empat asosiasi di bidang crabfish, rumput laut dan ikan demersal serta pengolahan dan pemasaran produk.
Zulkifli mengatakan pemerintah berharap Kementerian Perdagangan China melonggarkan pembatasan ekspor agar industri ikan Indonesia bisa masuk pasar.
Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) pada Jumat mengatakan, ekspor Indonesia kerap menemui hambatan saat mengirimkan barangnya ke China, akibat regulasi dan kebijakan dari dua negara.
Dia menambahkan bahwa perjanjian yang ditandatangani antara kedua negara mencakup kerangka kerja antara kedua negara untuk perdagangan, pertukaran informasi, promosi dan penyelesaian sengketa.
“Misalnya, jika rumput laut diklasifikasikan sebagai komoditas non-hewani, maka harus dibebaskan atau diperlakukan berbeda dari produk ikan lainnya,” kata Safari Azis, presiden asosiasi, dalam sebuah pernyataan.
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian