POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Indonesia akan mendeportasi warganya dari Myanmar jika perlu

Indonesia akan mendeportasi warganya dari Myanmar jika perlu

Jakarta, Indonesia

Duta Besar Indonesia pada Selasa mengatakan bahwa Indonesia akan mengusir warganya jika situasi di Myanmar memburuk.

Kepada Badan Anatolia, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar Issa Fathri mengatakan rencana evakuasi adalah bagian dari prosedur Kementerian Luar Negeri dan menekankan bahwa warga negara sejauh ini aman.

“Ya itu [evacuation plan] Sesuai dengan prosedur Kementerian Luar Negeri, ”kata Fadri.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Diku Picasia mengatakan keputusan mendeportasi warga sipil tersebut akan dilakukan oleh kedutaan besar di Myanmar.

“Warga negara Indonesia berada dalam posisi yang baik. Kedutaan Besar Indonesia ada di sana untuk memberikan penilaian dan merekomendasikan tindakan lanjutan,” kata Picasia kepada Anatolian Agency.

Menurut data kementerian, saat ini terdapat 500 WNI yang tinggal di Myanmar yang sebagian besar bekerja di sektor migas, industri garmen dan perkapalan di Yangon.

KBRI Yangon mengimbau warga untuk tetap tenang dan waspada, memperhatikan situasi keamanan dan tidak meninggalkan rumah jika tidak perlu.

Jutaan pengunjuk rasa anti-kudeta melakukan unjuk rasa untuk hari keempat berturut-turut di Yangon dan beberapa bagian negara itu, menuntut diakhirinya pemerintahan militer dan pembebasan para pemimpin yang ditahan.

Militer Myanmar, yang secara resmi dikenal sebagai Tatmada, mengumumkan keadaan darurat pada 1 Februari, hanya beberapa jam setelah menahan Presiden Win Mint, penasihat negara Aung San Suu Kyi dan anggota senior partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang berkuasa.

Setelah perjuangan panjang untuk demokrasi di negara itu, yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991, Suu Kyi menjabat sebagai penasihat rahasia Myanmar dari tahun 2016 hingga 2021. Namun dia tetap diam tentang pembantaian Muslim Rohingya dan pembelaan militer terhadap genosida. Mahkamah Internasional telah menuai kritik tajam di seluruh dunia.

READ  Diplomasi Vaksin Redno - Editorial

Kudeta terjadi hanya beberapa jam sebelum parlemen pertama negara itu bersidang, menyusul keuntungan besar NLT Suu Kyi November lalu. Militer mengatakan kudeta itu berakhir pemilihan.

* Ditulis oleh Ratu Serunisa Rufinaldo dengan layanan bahasa Indonesia dari Badan Anatolia di Jakarta.

Situs web Anatolian Agency hanya memuat sebagian kecil dari berita yang diberikan kepada pelanggan oleh AA News Broadcasting System (HAS) dan dalam bentuk singkat. Hubungi kami untuk opsi berlangganan.