Tempo.co, Jakarta – Pemerintah Indonesia telah mengumumkan bahwa mereka sekarang sedang mempersiapkan layanan komputasi awan lokal menyusul serangkaian pelanggaran data baru-baru ini oleh peretas ‘Bjorka’. Gangguan peretas terhadap operasi keamanan siber lokal memaksa Presiden Indonesia Joko “Jokowi” Widodo untuk membentuk tim khusus.
Pada Senin, 19 September 2022, Kepala Staf Kepresidenan Moldogo membenarkan pengumuman tersebut. “KSP akan menanganinya dan presiden akan diberitahu segera setelah berkembang dengan baik,” kata Moeldoko.
Pelanggaran data tersebut bermula pada 9 September lalu saat Bjorga merilis surat rahasia yang dilampirkan kepada Presiden Jokowi. Beberapa hari kemudian, data pribadi beberapa menteri negara terbongkar oleh peretas.
Pada 12 September, Jokowi memerintahkan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Gerard Plate untuk membentuk tim tanggap darurat untuk menangani pelanggaran data. Pada 14 September, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud Md mengumumkan pembentukan Satgas Perlindungan Data.
Kemudian pada 15 September, Moltogo memanggil beberapa pejabat ke kantornya di markas Bina Graha di Jakarta. Hadir dalam pertemuan tersebut Ketua Badan Siber dan Sandi Negara (PSSN) Hinsa Siburian, Dirut PT Industri Telekomunikasi Indonesia Eddy Witjara, dan Dirut PT Tekstopip Technology Indonesia.
“Kita tidak boleh lalai untuk mengatasi masalah ini. Jika diabaikan, kita akan dianggap lemah,” kata Moltogo.
Moeldoko menegaskan kebocoran data tersebut merupakan sinyal bagi pemerintah untuk meningkatkan keamanan siber dan perlindungan privasi. “Kami memiliki teknologi, kami memiliki bakat yang berspesialisasi dalam keamanan siber,” tambah Moldogo.
Direktur Utama INTI Eddie Widjara mengatakan perusahaannya telah mengembangkan sistem cloud lokal yang disebut INTI Cloud System, platform layanan cloud domestik dan inovasi blockchain dengan keamanan siber. Layanan ini merupakan hasil kerjasama dengan BSSN. “Harapannya ini menjadi kebanggaan keamanan siber nasional,” kata Eddy.
Moldogo mengatakan bahwa semua yang berkumpul pada pertemuan tersebut bertujuan untuk mencapai visi pemerintah menuju kebebasan layanan cloud. Diakui Moeldoko, hingga saat ini layanan cloud masih bersumber dari luar negeri. “Hingga saat ini cloud engine kami datang dari luar,” jelasnya.
Fajar Peprianto
Klik di sini untuk mendapatkan berita terbaru Tempo di Google News
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi