Labuan (12 November 2019) Duta Besar RI untuk Malaysia Datuk Hermono menyampaikan bahwa kemitraan ekonomi antara Indonesia dan Malaysia terus mengalami kemajuan, mewakili peningkatan hubungan bilateral yang signifikan.
Ia mengatakan, nilai perdagangan bilateral Indonesia dan Malaysia pada tahun 2022 mencapai US$28,5 miliar. ($1 USD = 4,71 Ringgit Malaysia)
Namun, Hermono mengaku khawatir angka tersebut bisa turun signifikan hingga 20-30 persen akibat anjloknya harga komoditas, terutama batu bara yang merupakan ekspor terbesar Indonesia ke Malaysia, disusul minyak sawit mentah.
“Kami memperkirakan nilai perdagangan dengan Malaysia akan turun sekitar US$7 miliar pada tahun ini.
“Hingga September 2023, nilai perdagangan terdaftar mencapai US$17,5 miliar, dan diperkirakan mencapai sekitar US$22 miliar pada akhir tahun,” ujarnya dalam wawancara dengan Bernama usai pertemuan dengan KJRI di Tiara Hotel Labuan. Di sini hari ini.
Ia mengatakan meskipun ada tantangan di sektor perdagangan, industri pariwisata tampaknya tetap berkembang.
“Malaysia memimpin dalam hal jumlah pengunjung ke india, melampaui Tiongkok, India, dan Singapura.
“Pasca Covid-19, Indonesia mengalami lonjakan jumlah wisatawan Malaysia yang mencapai sekitar 700.000 orang, sama dengan jumlah wisatawan Indonesia yang berkunjung ke Malaysia.
“Sebelum pandemi, Malaysia setiap tahunnya menyumbang sekitar 2,5 juta wisatawan ke Indonesia,” ujarnya.
Hermono menyoroti perkembangan positif di bidang perekonomian, salah satunya adalah pemindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur.
Ia mengatakan, relokasi tersebut diharapkan dapat merangsang penyebaran ekonomi ke Sabah dan Sarawak ketika ibu kota dipindahkan.
“Saat ini proyek pembangunan yang sedang berjalan di Nusantara memberikan peluang bisnis baru bagi investor Malaysia di berbagai proyek konstruksi seperti hotel, rumah sakit, fasilitas penunjang dan lain-lain,” ujarnya.
Meskipun perekonomian Indonesia sedang berada dalam tren positif dengan fokus pada transformasi digital, Hermono mengakui bahwa pemilu Indonesia yang akan diselenggarakan pada bulan Februari 2024 telah menyebabkan investor asing melakukan pendekatan wait and see mengenai investasi di masa depan.
“Memperkuat hubungan ekonomi bilateral tetap menjadi prioritas utama Presiden Jokowi Widodo, yang mencerminkan komitmen memperkuat kemitraan yang kuat antara Indonesia dan Malaysia,” tambahnya. – Bernama
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian