Vadakara: Hari Kelapa Sedunia diperingati pada tanggal 2 September. Tapi tidak banyak yang bisa dirayakan karena ekonomi kelapa India tetap menjadi sektor dengan potensi yang belum dimanfaatkan. Minimnya keragaman nilai tambah produk berbahan dasar kelapa menjadi penyebab utama lesunya perekonomian kelapa.
Meski menjadi salah satu produsen kelapa terbesar di dunia, India tidak memiliki banyak hal yang bisa dibanggakan. Lain halnya dengan Kerala yang merupakan negara penghasil kelapa terbesar di tanah air. Di tingkat nasional dan daerah, para petani yang terlibat berjuang untuk bertahan hidup dengan hasil dari budidaya kelapa. Sektor ini masih tertinggal di belakang visi komprehensif dan belum memanfaatkan potensi komersialnya.
India hanya menguasai 0,30 persen pasar dunia dalam hal produksi santan. Sementara negara-negara Asia seperti Sri Lanka dan Indonesia masing-masing memproduksi 53 persen dan 30 persen santan secara global. Tren serupa dapat diamati pada produksi kelapa kering. Filipina menghasilkan 27 persen, Indonesia 26 persen, Sri Lanka 8 persen, dan India 4 persen.
Di India, ekonomi kelapa terutama berfokus pada produk sampingan daripada produk bernilai tambah. Prospek komersial agak terbatas pada kelapa kering, minyak dan kelapa untuk bahan makanan.
Menurut data Dewan Pengembangan Kelapa, 21206,74 juta kelapa diproduksi di India selama periode 2019-20. Dari jumlah tersebut, 9.616 juta digunakan untuk menggiling ampas kelapa dan makanan. Ini baru 45,34 persen dari total produksi kelapa.
Persentase kelapa yang digunakan untuk konsumsi langsung dalam bentuk makanan juga dalam kisaran yang sama. Artinya, kurang dari 10 persen dari total kelapa yang diproduksi di dalam negeri digunakan untuk membuat produk bernilai tambah dan air kelapa lunak.
Data juga menunjukkan bahwa Kerala hanya menggunakan kurang dari lima persen kelapa yang diproduksi di dalam negeri untuk membuat produk bernilai tambah. Sekitar 600 crores buah India diproduksi di Kerala. Menariknya, setengah dari seluruh kelapa yang diproduksi di negara itu digunakan untuk konsumsi langsung dalam bentuk makanan. Kelapa yang tersisa pada dasarnya berakhir sebagai kelapa atau minyak dan hanya sejumlah kecil yang digunakan untuk produk bernilai tambah. Hanya unit berukuran kecil yang memproduksi ini.
Sementara itu, Taman Usaha Kelapa yang diumumkan oleh pemerintah masih jauh dari tingkat implementasi. Secara dekat, Kerala juga mencatat jumlah perusahaan penghasil kelapa tertinggi di India. Namun, dari 29 yang terdaftar hanya 19 yang kini beroperasi. Meski begitu, hanya sedikit yang tetap beroperasi.
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian