Tempo.co, Jakarta – Ismail, anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (BKS) dan Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat (DPRT) yang membidangi ekonomi, menentang rencana tersebut. Tarif jalan elektronik (ERP).
“Setahu saya, dari rapat komite terakhir, kami sepakat untuk menolak [the ERP]. Keadaan dan kondisi [for implementing it] Belum memungkinkan. Itu alasan utamanya,” kata Ismail di kantornya, Rabu, 25 Januari 2023.
Dia mencatat, Pemprov DKI Jakarta perlu melakukan beberapa hal penting sebelum mengimplementasikan ERP. “Tonggak perjalanan ERP sangat panjang, dari tahun 2007 atau 2017, saya lupa. Sudah berganti gubernur menjadi gubernur, anggota dewan sudah berganti, belum selesai seluruhnya. Artinya ada tanda tanya besar,” tegas Ismail. .
Dia mengaku pihaknya sedang mencari akar permasalahannya. “Ini yang ingin kita gali dari kondisi aktual saat ini. Ini pekerjaan rumah yang besar,” imbuhnya.
Menurut Ismail, ketergantungan yang tinggi terhadap kendaraan pribadi, khususnya sepeda motor, memiliki beberapa poin penting yang harus dikritisi dari dampak pelaku ekonomi yang kebanyakan dari kalangan menengah ke bawah. “Ini adalah titik kritis kami,” katanya.
Selain ekonomi, poin penting lainnya adalah potensi pergeseran ke titik kemacetan. “[If ERP is enacted,] Akan ada 25 jalan tol dan tidak mungkin orang menyeberang jalan karena tidak mampu lagi mengeluarkan uang,” kata politikus PKS itu.
Ismail memperkirakan hal itu bisa terjadi karena kurangnya transportasi umum. “Sederhananya, masyarakat justru beralih dari menggunakan kendaraan pribadi ke angkutan umum,” ujarnya.
Karena itu, Ismail merekomendasikan Pemprov DKI Jakarta untuk meningkatkan angkutan umum dari segi pelayanan, jumlah kendaraan dan keselamatan. ERP Sebuah kebijakan yang mempertimbangkan isu-isu kunci gerakan.
Mudia Yuanthisya
Klik disini Dapatkan update berita terbaru dari Tempo di Google News
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi