JAKARTA – Para ekonom menilai keanggotaan Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) nantinya akan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap China.
“Kami melihat motivasi masuknya ekonomi geopolitik Indonesia ke OECD adalah untuk menyeimbangkan investasi dari Tiongkok,” kata Angelica Fortuna Dewi Rushdi, direktur Forum LSM untuk Ekonomi Internasional Pembangunan Indonesia, kepada kantor berita Antara, Selasa, 23 Juli.
Menurut data Badan Pusat Statistik, Tiongkok tetap menjadi mitra dagang stabil Indonesia selama sembilan tahun terakhir, dengan neraca perdagangan kedua negara mencapai 75,34 miliar dolar AS per Desember 2023.
Angelica Fortuna menekankan bahwa kerja sama Indonesia dengan negara-negara Barat telah menurun sejak pemulihan hubungan Tiongkok dengan Indonesia.
Situasi ini mungkin membuat negara tersebut bergantung pada Tiongkok. Sementara itu, perekonomian domestik Tiongkok diperkirakan akan melambat dalam lima tahun ke depan sehingga menimbulkan risiko terhadap stabilitas perekonomian Indonesia.
Untuk itu, ia meyakini masuknya Indonesia ke dalam kelompok negara OECD dapat membuka peluang untuk melakukan diversifikasi mitra serta menjajaki pasar dan investasi yang lebih luas di negara-negara dengan perekonomian besar dan maju.
Namun Angelica menyoroti pentingnya Indonesia mengurangi ketergantungannya pada sektor ekstraktif. Selama ini penerimaan negara masih didominasi oleh hasil ekstraksi komoditas sumber daya alam (SDA) yang ketersediaannya terbatas karena harga yang fluktuatif dan permintaannya sangat dipengaruhi oleh perekonomian negara-negara maju. Ini adalah situasi yang berisiko bagi Indonesia.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Indonesia disarankan untuk meningkatkan investasi sumber daya manusia yang disertai dengan transfer teknologi.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produksi lokal dan mempercepat diversifikasi ke sektor ekonomi yang lebih berkelanjutan.
Kajian tersebut tertuang dalam dokumen bertajuk “Bobanga Rambai: Meninjau Aksesi Indonesia ke OECD dari Perspektif Masyarakat Sipil.”
Dokumen-dokumen tersebut telah disusun oleh sejumlah organisasi, termasuk Forum Internasional untuk LSM Pembangunan Indonesia (INFID), Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (CELIOS), Kesejahteraan Migran, PRAKARSA, Publish What You Pay (PWYP) Indonesia, dan Transparansi Internasional ( TI) Indonesia.
Label: Minko Airlangga Airlangga Hartarto OECD
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Kementerian: Kerja sama dan inovasi menjadi kunci pengembangan industri game
Indonesia mendorong kerja sama di bidang ekonomi dan iklim pada G20 di Brazil
Abindo Ungkap Alasan Stabilitas Perekonomian Indonesia di 5%