POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Dosen UI Ade Armando diserang secara brutal di tengah protes massa

Dosen UI Ade Armando diserang secara brutal di tengah protes massa

Tempo.co., JakartaAde Armando, seorang dosen di Universitas Indonesia, tewas dalam serangan kekerasan pada hari Senin. Resistansi massa Diadakan di depan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Polisi belum merilis motif serangan brutal tersebut.

Demonstrasi hari ini terutama menolak pembicaraan tentang perpanjangan masa jabatan presiden saat ini, di antara isu-isu nasional lainnya.

Berdasarkan Tempo Wartawan yang berada di lokasi kebingungan saat pengunjuk rasa mahasiswa di bawah BEM SI membubarkan diri dari pintu gerbang utama gedung DPR. Sebuah kelompok kemudian secara brutal menyerang Armando, yang akhirnya jatuh ke tanah, diselamatkan oleh beberapa orang pada saat itu.

Sekitar 20 menit kemudian, polisi tiba di tempat kejadian, mengusir Ade Armando keluar dari gedung DPR dan menembakkan gas air mata ke arah massa.

Ade Armando, seorang pengisi suara di media sosial, berbicara kepada media tentang protes besar-besaran oleh mahasiswa hanya beberapa jam sebelum kejadian. Dalam wawancaranya, dosen tersebut menyayangkan adanya gesekan di tBeliau adalah Perhimpunan Nasional Organisasi Manajemen Mahasiswa Universitas (BEM SI).

“Saya tidak berpartisipasi dalam rapat umum, tetapi saya menyadarinya ketika saya menunjukkan dukungan. Tapi itulah yang saya dengar PEM SI Terbelah,” kata Armando sebelum pengunjuk rasa berkumpul di depan gedung DPR.

Dosen ilmu politik itu berpendapat bahwa transformasi gerakan mahasiswa menjadi lima aliansi tidak baik untuk demokrasi Indonesia dan tidak akan lagi menyatukan gerakan mahasiswa. “Sepertinya mereka memiliki tuan rumah sendiri. Mereka masing-masing mengejar agenda mereka sendiri.”

Armando mengatakan, mahasiswa harus mewaspadai bahwa siapapun bisa menyusup ke dalam gerakannya, apalagi setelah gerakan mahasiswa terpecah menjadi lima aliansi.

“Gerakan mahasiswa sangat kekanak-kanakan karena perbedaan ini, kemudian saya khawatir akan pecah. Sayang sekali,” sarannya seraya menambahkan bahwa harus ada kursi untuk badan pengurus mahasiswa (PEM) di seluruh Indonesia untuk membahas masalah ini. ukuran ini dan mengeluarkan laporan dari pendekatan yang sama.

Melangkah: Polisi menghadirkan pendekatan kemanusiaan dalam membela perjuangan mahasiswa

Eka Yuda Saputra