Jakarta. Bank Indonesia melaporkan bahwa cadangan devisa (valas) negara turun menjadi $139,3 miliar di bulan Mei dari $144,2 miliar di bulan April.
Juru Bicara Bank Indonesia Erwin Haryono mengatakan, penurunan itu karena pembayaran utang luar negeri pemerintah.
“Selain mengantisipasi kebutuhan likuiditas perbankan dalam valuta asing seiring dengan peningkatan kegiatan ekonomi,” kata Irwin, Jumat.
Menurut Irwin, cadangan devisa saat ini setara dengan 6,1 bulan pembiayaan impor. Ini jauh di atas standar internasional untuk impor 3 bulan.
“Kami yakin cadangan devisa cukup untuk mendukung ketahanan eksternal kita dan menjaga stabilitas ekonomi makro dan sistem keuangan,” kata Erwin.
Faisal Rahman, Ekonom yang bekerja di Bank Mandiri, mengatakan industri hilir Indonesia dapat membantu mendorong masuknya investasi ke dalam negeri, sehingga meningkatkan cadangan devisa.
“Upaya menjaga penerimaan ekspor, termasuk simpanan Bank Indonesia dalam valuta asing untuk mengelola penerimaan ekspor, sebagai alat untuk mengelola penerimaan ekspor, sampai batas tertentu dapat menghambat transfer aset ke luar negeri,” kata Faisal.
Total cadangan devisa juga diharapkan tetap pada tingkat yang memuaskan pada akhir tahun ini, berkat penurunan harga komoditas secara bertahap dan deposito valuta asing yang efektif untuk pendapatan ekspor, menurut Faisal.
Dia menambahkan, “Cadangan devisa Indonesia diperkirakan mencapai antara $135 miliar hingga $155 miliar pada akhir tahun ini, dibandingkan dengan $137,2 miliar pada tahun 2022.”
Cadangan devisa yang kuat dapat menopang nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah ketidakpastian global.
“Kami perkirakan nilai tukar rupiah terhadap dolar akan ditutup pada 14.864 rupiah per dolar pada akhir tahun 2023,” kata Faisal.
kata-kata utama:
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian