Jakarta (Antara) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) akan menyelenggarakan 3rd Space Economy Leaders Meeting (Space20) pada 27-28 Oktober 2022 di Jakarta.
“Brien tidak hanya tertarik pada penelitian dan inovasi antariksa, tetapi juga pemanfaatannya melalui kerjasama dengan industri dan fasilitas antariksa,” kata Presiden BRINN Laksana Tri Handuku dalam siaran pers yang diterima dari BRINN di Jakarta, Selasa.
Space20 merupakan upaya kerjasama internasional negara-negara G-20, khususnya di bidang antariksa, untuk membangun ruang ekonomi dan lingkungan. Kedua topik tersebut akan menjadi fokus pembahasan pada pertemuan berikutnya.
Saat ini, kebijakan penelitian dan pengaturan antariksa Indonesia telah terintegrasi dengan BRIN dan dialihkan dari LAPAN ke BRIN di bawah undang-undang antariksa, kata Handoku. Ia menambahkan, antara lain kebijakan, manajemen penelitian, infrastruktur, pengelolaan data antariksa, dan layanan informasi.
Ia menjelaskan, kemajuan yang dicapai di bidang keantariksaan di Indonesia tidak hanya akan berdampak pada teknologi antariksa dan aplikasinya, tetapi juga akan berdampak pada perekonomian. Misalnya Program Satelit Nasional Satria yang saat ini sedang dikembangkan untuk mendorong transformasi ekonomi digital.
Dijelaskannya, Indonesia saat ini berencana mengembangkan peluncuran 19 set satelit untuk misi penginderaan jauh dan meningkatkan kapasitas satelit komunikasi untuk mendukung ekonomi digital dan biru-hijau.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Badan Antariksa Indonesia (INASA) Erna Sri Adeningseh menginformasikan, pertemuan tersebut akan dibagi menjadi dua sesi yaitu sesi badan antariksa dan sesi industri antariksa.
Sesi badan antariksa akan membahas isu-isu prioritas di sektor ekonomi antariksa, khususnya topik “Ruang untuk Ekonomi Digital, Hijau dan Biru” hingga teks tentang banyak rekomendasi terkait keantariksaan yang bermanfaat bagi negara-negara G20, sedangkan sesi industri antariksa akan. Ia menambahkan, kehadiran tokoh-tokoh dari sektor industri antariksa mulai dari perusahaan rintisan hingga industri besar.
“Pandemi COVID-19 menjadi pelajaran bagi kita semua, khususnya Indonesia yang melihat sebagian besar aktivitas masyarakat beralih ke online dan digital. Hal ini tentunya membutuhkan konektivitas yang baik melalui teknologi antariksa yang mumpuni, dari sisi infrastruktur. dan kesiapan teknologi, salah satunya adalah kesiapan industri antariksa”.
Dia mengatakan tujuan pertemuan itu untuk membahas pemanfaatan teknologi antariksa untuk pemulihan dan pertumbuhan ekonomi melalui ekonomi digital, biru dan hijau.
“Fokus pertemuan adalah mempromosikan pemulihan dan pertumbuhan ekonomi dengan mempromosikan teknologi, startup, dan industri luar angkasa,” katanya.
Ia menambahkan, tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui kegiatan tersebut adalah untuk memperkuat industri antariksa dan membuka kemitraan strategis untuk memperkuat sektor antariksa Indonesia, termasuk mendorong entitas publik dan swasta untuk membuka layanan dan mengembangkan aplikasi keantariksaan.
“Pertemuan ini juga diharapkan dapat mendorong negara-negara G20 untuk mengembangkan program dan kebijakan khusus bagi generasi muda dalam mengembangkan startup dengan perusahaan antariksa sebagai inkubator bisnis, selain memberikan kemudahan bagi startup muda untuk mengakses komponen dan komersialisasi produk luar angkasa sehingga dapat meningkatkan keberhasilan ekonomi digital, dan biru dan hijau.
Space20 akan dihadiri oleh 20 kepala badan antariksa setingkat menteri negara-negara G20, perwakilan 5 negara undangan dari luar G20, para pemimpin industri serta organisasi antariksa internasional dari negara-negara G20.
Berita Terkait: BRIN menawarkan fasilitas riset dan inovasi terbuka untuk semua pihak
Berita Terkait: Kepatuhan hukum adalah dasar untuk izin peneliti asing: BRIN
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian