POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

BMKG mengimbau agar waspada terhadap bencana yang ditularkan melalui air pada tahun 2022

Meski curah hujan diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun 2021, pemerintah dan masyarakat tetap perlu mewaspadai kemungkinan bencana yang tergenang air.

Jakarta (Andara) – Kepala Badan Meteorologi, Iklim, dan Geofisika (PMKG) Twigorita Karnavati dalam keterangannya, Senin malam, mengimbau untuk mewaspadai bencana hidrometeorologi pada 2022.

“Walaupun pada tahun 2021 curah hujan diproyeksikan rendah, pemerintah dan masyarakat tetap harus mewaspadai kemungkinan bencana yang tergenang air,” ujarnya.

Karnavati menjelaskan, banyak daerah yang diperkirakan menerima curah hujan bulanan di atas normal.

Curah hujan ekstrem diperkirakan terjadi di Sumatera bagian tengah, Kalimantan bagian timur dan utara, Jawa bagian barat, separuh Sulawesi, Nusa Tenggara timur, Maluku, dan Papua pada bulan Januari.

Berita Terkait: Kementerian mengirimkan 20 ton beras untuk masyarakat yang terkena dampak banjir Papua

Prakiraan cuaca untuk Februari adalah untuk setengah Sumatera, setengah Jawa, sebagian Kalimantan timur, Maluku utara dan Papua.

Sementara itu, Sumatera bagian utara, Jawa, Kalimantan bagian utara, Sulawesi, Maluku, Maluku bagian utara, dan separuh Papua diperkirakan akan diguyur hujan lebih banyak dari biasanya pada bulan Maret.

“Efek negatif dan positif dari perubahan iklim perlu dipetakan lebih lanjut. Curah hujan rata-rata dapat digunakan untuk memastikan sumber daya air memenuhi kebutuhan sektor pertanian dan kehutanan,” kata Karnavati.

Dia menambahkan, pemerintah daerah dan masyarakat harus waspada, mengambil tindakan pencegahan untuk memitigasi dampak negatif dan memitigasi risiko bencana air dan cuaca.

Berita Terkait: Dua orang tewas akibat banjir bandang di Jawa Timur

Dalam jangka panjang, pemerintah perlu mengevaluasi dan meningkatkan pengelolaan air, dengan mempertimbangkan dampak perubahan iklim di tingkat global, regional, dan lokal.

Hal ini dilakukan sebagai tindakan pencegahan terhadap frekuensi dan tingkat keparahan bencana hidrometeorologi.

Sementara itu, Karnavati mencatat suhu pada 2022 akan jauh lebih tinggi dari rata-rata, sekitar 26,6 derajat Celcius. Tren kenaikan suhu ini akan terus berlanjut di Indonesia.

Namun, 2016 adalah tahun terpanas yang tercatat, dengan anomali 0,8 derajat Celcius sepanjang periode pemantauan 1981-2020.

Berita Terkait: Pengendalian banjir Aceh, tidak ada lagi pengungsi: BPBA

Berita Terkait: Kementerian segera mengambil tindakan untuk menangani kerusakan pasca banjir di Jayapura