JAKARTA (ANTARA) – Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dan Tiongkok sepakat untuk menyelesaikan perundingan Kode Etik (CoC) Laut Cina Selatan dalam waktu tiga tahun, kata Direktur Kerjasama Politik dan Keamanan ASEAN Kementerian Luar Negeri. Urusan Kementerian Luar Negeri RI, Ruliansyah Sumirat.
Pada masa kepemimpinannya di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) tahun ini, Indonesia mengambil inisiatif untuk mempercepat perundingan Kode Etik mengenai sengketa Laut Cina Selatan. Pedoman percepatan tersebut sebelumnya diadopsi dalam Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN dengan Wang Yi, Direktur Kantor Komisi Luar Negeri Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok, di Jakarta pada 13 Juli 2023.
Selanjutnya, pedoman tersebut akan diratifikasi oleh para pemimpin pada KTT ASEAN-Tiongkok di Jakarta pada tanggal 6 September, kata Sumirat.
“Iya, semua sudah sepakat untuk menetapkan jadwal (penyelesaian kode etik) dalam waktu tiga tahun,” ujarnya kepada Antara di Jakarta, Sabtu.
Pedoman tersebut, yang pertama dalam sejarah, menguraikan aspirasi ASEAN dan Tiongkok untuk menyelesaikan Kode Etik dalam waktu tiga tahun atau kurang, melalui diskusi ekstensif mengenai isu-isu yang belum terselesaikan dan usulan cara-cara lain untuk membuat negosiasi lebih cepat dan efektif, menurut a siaran pers yang dikeluarkan oleh kementerian. Urusan luar negeri.
Ia menambahkan, pedoman tersebut dapat berfungsi sebagai panduan praktis untuk menjaga efektivitas dan keberlakuan Kode Etik.
Code of Conduct diharapkan menjadi pedoman perilaku yang mencerminkan standar, prinsip, dan aturan internasional yang selaras dengan hukum internasional, khususnya Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS) untuk menciptakan lingkungan yang stabil, aman, dan damai. . Laut Cina Selatan.
Berita Terkait: ASEAN dan Tiongkok bermaksud untuk mempercepat pembicaraan mengenai kode etik di Laut Cina Selatan
Kementerian mengatakan Indonesia terus mendukung langkah-langkah yang membangun kepercayaan dan meredakan ketegangan untuk membantu membangun kesejahteraan di kawasan, serta memastikan sentralitas ASEAN dalam isu-isu Laut Cina Selatan.
Pada masa kepemimpinan Indonesia di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), pembacaan atau diskusi kedua mengenai perundingan putaran kedua mengenai Kode Etik telah selesai.
Selain perundingan Code of Conduct, Indonesia akan terus mendorong peningkatan kerja sama maritim praktis antara ASEAN dan Tiongkok di kawasan Laut Cina Selatan untuk meningkatkan rasa saling percaya guna mendukung dan menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan.
Indonesia menjadi tuan rumah negosiasi Kode Etik antara ASEAN dan Tiongkok pada bulan Maret. Mereka berencana menjadi tuan rumah putaran perundingan berikutnya pada akhir tahun 2023.
Mereka juga akan terus mendorong peningkatan kerja sama maritim praktis antara ASEAN dan Tiongkok di Laut Cina Selatan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan rasa saling percaya dan menjaga perdamaian, keamanan, dan stabilitas di kawasan, tambah pernyataan itu.
Sejauh ini Tiongkok mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan. Negara anggota ASEAN yang juga memiliki klaim teritorial atas perairan tersebut adalah Brunei Darussalam, Malaysia, Vietnam, dan Filipina.
Berita Terkait: Suasana yang menguntungkan penting dalam negosiasi Kode Etik Laut Cina Selatan: ASEAN
Berita Terkait: Indonesia berupaya mempercepat perundingan Kode Etik di Laut Cina Selatan
“Pemikir. Fanatik internet. Penggemar zombie. Komunikator total. Spesialis budaya pop yang bangga.”
More Stories
Memungkinkan penyelesaian konflik secara damai di Laut Cina Selatan – Pidato – Eurasia Review
Tiongkok “menghabiskan” sekitar 80% anggaran militer Taiwan hanya untuk mengepung provinsi “nakal” – lapor
15 kota makan terbaik di Eropa dengan harga termahal