Jakarta: Komite Anggaran Parlemen Indonesia kemarin menyetujui anggaran Presiden Joko Widodo untuk tahun 2022 dengan total pengeluaran sekitar 2,714 triliun rupiah (US$190 miliar atau RM795 miliar), yang merupakan defisit fiskal yang setara dengan 4,85% dari PDB.
Ketua Komite Saeed Abdullah mengumumkan bahwa anggaran bertujuan untuk mendorong pemulihan ekonomi tahun depan karena PDB ditetapkan untuk tumbuh sebesar 5,2%, mendekati pertengahan kisaran yang diusulkan 5,0%-5,5%, karena ekonomi terlepas dari dampak pandemi virus corona.
Defisit 2022 lebih rendah dari perkiraan 5,82% tahun ini, dan presiden mengatakan dalam proposal anggarannya bahwa itu memberikan dasar untuk mengurangi defisit menjadi kurang dari 3% pada 2023 untuk mematuhi undang-undang yang ada.
Sesi parlemen penuh masih diperlukan untuk memberikan suara, tetapi persetujuan komite biasanya disahkan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dalam sesi tersebut, “Tahun depan adalah tahun yang sangat penting bagi kami, karena kami bertujuan untuk mempertahankan pemulihan ekonomi, sementara di sisi lain kami melakukan upaya untuk memperbaiki kondisi anggaran dan mencapai konsolidasi fiskal di tahun-tahun mendatang. 2023.”
Dia mengatakan kondisi ekonomi di tahun mendatang akan tetap “tidak pasti dan menantang” tidak hanya dalam kaitannya dengan pandemi tetapi juga karena banyak negara diperkirakan akan memperketat kebijakan moneter.
Ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu keluar dari resesi pada kuartal kedua tahun ini.
Sementara momentum pemulihan dipengaruhi oleh pembatasan virus corona baru pada Juli, bank sentral mengatakan pekan lalu bahwa aktivitas domestik secara bertahap meningkat sejak pelonggaran pembatasan pada akhir Agustus.
Meskipun ekonomi harus pulih jika pandemi terus terkendali, para ekonom telah memperingatkan agar tidak menarik pengeluaran fiskal terlalu cepat untuk mencapai defisit kurang dari 3% dari PDB pada tahun 2023.
“Kami khawatir tentang dampak penurunan keuangan karena pada saat yang sama masih dipertanyakan apakah pertumbuhan pinjaman akan dapat pulih ke tingkat sebelum pandemi saat itu,” kata David Somwal, kepala ekonom di Bank of Central Asia.
Pinjaman bank bulanan, yang mencatat kontraksi tahunan antara September dan Mei, menunjukkan tanda-tanda pemulihan tetapi tetap jauh di bawah tingkat pra-pandemi sekitar 10%. Pada bulan Agustus, pinjaman tumbuh 1,16%. – Reuters
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian