Pada akhir tahun 1990-an, ketika terjadi krisis keuangan Asia, sektor perbankan Indonesia mengalami keruntuhan. Runtuhnya rupee telah membuka tabir dan mengungkap bahwa neraca banyak bank penuh dengan kredit macet. Banyak di antara mereka yang bangkrut, atau harus ditalangi dan direkapitalisasi oleh pemerintah. Empat bank BUMN gagal tersebut digabung menjadi entitas baru pada tahun 1998 yang berganti nama menjadi Bank Mandiri. Saat ini, Bank Mandiri adalah Bank terbesar di Indonesia Dengan aset $138 miliar dan laba bersih pada tahun 2023 sekitar $3,9 miliar.
Sektor perbankan Indonesia didominasi oleh bank-bank milik negara, yang telah pulih dari resesi akibat krisis keuangan Asia. Tiga bank milik negara terbesar di negara ini adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia dan Bank Negara Indonesia. Pemerintah masing-masing memiliki antara 57 dan 60 persen, sedangkan sisanya dimiliki oleh masyarakat.
Pada tahun 2023, aset gabungan ketiga bank ini mencapai $335 miliar, dan laba bersih kumulatif mereka mencapai $9,2 miliar. Sebagai referensi, bank umum swasta terbesar di Indonesia adalah… Bank Asia Tengahyang memiliki laba $3 miliar dan aset $90 miliar pada tahun 2023.
Lalu apa alasan di balik kebangkitan perbankan Indonesia? Salah satu jawaban yang jelas adalah bahwa pandemi ini telah menyebabkan tingkat tabungan nasional meroket. Menurut Bank Dunia, tabungan nasional bruto Indonesia pada tahun 2019 mencapai 31% dari PDB. Pada tahun 2022, persentasenya meningkat menjadi 37 persen. Hal ini berarti masyarakat lebih banyak menabung pendapatannya, seringkali dalam bentuk deposito bank.
Ketika bank mengumpulkan lebih banyak simpanan, mereka dapat mengeluarkan lebih banyak pinjaman, dan hal ini umumnya menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi, dengan asumsi pinjaman tersebut dijamin dengan baik. Pertumbuhan simpanan telah melambat setelah pandemi ini berakhir, namun tingkat tabungan masih terus meningkat. Misalnya, Bank Mandiri mengalami pertumbuhan basis simpanan sebesar 4 persen pada tahun 2023.
Namun, peningkatan tabungan hanyalah sebagian dari gambaran tersebut. Faktor penting lainnya adalah tabungan ini didaur ulang dan diubah menjadi investasi produktif. Bank-bank di Indonesia tidak hanya memberikan lebih banyak pinjaman dalam beberapa tahun terakhir, namun banyak dari pinjaman ini digunakan untuk membiayai hal-hal seperti infrastruktur atau untuk menyediakan modal kerja untuk pengembangan usaha.
Di Indonesia, bank-bank besar biasanya tidak banyak memberikan pinjaman konsumen atau pinjaman perumahan. Salah satu bank milik negara terkecil di Indonesia bernama BTN, dan fokusnya khusus pada pinjaman real estate. Pada tahun 2023, BTN telah membukukan a Laba bersih: $245 juta Aset lebih dari $29 miliar. Lumayan, tapi kinerjanya bisa diungguli oleh bank seperti Mandiri, yang banyak terlibat dalam pembangunan industri dan infrastruktur serta kerap memberikan pinjaman kepada BUMN lain yang sedang mengembangkan proyek nasional berskala besar.
Namun bank-bank di Indonesia tidak sekedar memberikan pinjaman. Sejak pandemi, mereka juga sibuk membeli obligasi pemerintah. Melihat kembali Bank Mandiri, nilai obligasi pemerintah di neracanya naik dari $9,3 miliar pada tahun 2019 menjadi $21 miliar pada tahun 2022, meningkat sebesar 126 persen.
Selama pandemi, negara meningkatkan pengeluaran untuk mengkompensasi penurunan aktivitas ekonomi, dan hal ini dibiayai dengan menerbitkan obligasi pemerintah senilai miliaran dolar. Bank-bank di Indonesia, dengan basis simpanan yang tinggi, mempunyai posisi yang baik untuk menyerap sebagian besar utang baru ini. Hal inilah yang seharusnya dilakukan bank dalam sistem keuangan yang berfungsi cukup baik.
Mereka adalah perantara yang mengambil akumulasi tabungan dan menyalurkannya ke dalam kegiatan ekonomi produktif. Bank-bank di Indonesia sangat konservatif dalam hal ini, terutama bank-bank milik negara. Mereka tidak terlalu mempunyai leverage, dan umumnya lebih memilih untuk mengisi sisi aset buku besar dengan pinjaman dan obligasi kuno yang bagus. Baru-baru ini, mereka telah membiayai banyak proyek infrastruktur, pengembangan industri dan belanja pemerintah lainnya.
Hal lain yang patut dicatat adalah bahwa pengawasan peraturan dan pengelolaan sektor perbankan di Indonesia telah meningkat pesat dibandingkan pada tahun 1990an. Apakah masih ada kasus penyimpangan keuangan dan penipuan? Tentu saja, namun sistem ini kurang sistematis, terdapat transparansi yang lebih baik, dan sistem perbankan tidak akan dipenuhi dengan kredit macet seperti yang terjadi pada masa pemerintahan Suharto.
Hal ini berarti bahwa kuatnya kinerja perbankan di Indonesia mungkin bukan suatu kebetulan, dan pemerintahan baru Prabowo Subianto kemungkinan besar akan mengelola sektor perbankan dengan cara yang sama seperti pemerintahan sebelumnya. Perbankan-bank di Indonesia berjalan dengan baik saat ini, dan tidak seorang pun, apalagi Pak Prabowo, yang kakeknya ikut mendirikan Bank Negara Indonesia dan mengetahui secara langsung apa yang terjadi pada presiden Indonesia ketika bank-bank bangkrut, ingin melihat kejadian serupa terulang kembali. tahun 1990-an.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Kementerian: Kerja sama dan inovasi menjadi kunci pengembangan industri game
Indonesia mendorong kerja sama di bidang ekonomi dan iklim pada G20 di Brazil
Abindo Ungkap Alasan Stabilitas Perekonomian Indonesia di 5%