POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Indonesia berencana meluncurkan pertukaran karbon pada paruh kedua tahun 2023

Indonesia berencana meluncurkan pertukaran karbon pada paruh kedua tahun 2023

JAKARTA (Reuters) – Indonesia berencana untuk meluncurkan pertukaran karbon pada paruh kedua tahun ini, regulator keuangan mengatakan pada hari Jumat, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan penggunaan energi terbarukan dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.

Perekonomian terbesar di Asia Tenggara adalah salah satu penghasil emisi karbon terbesar di dunia dan ingin mengurangi emisinya hingga lebih dari 30% pada tahun 2030.

“Kami sedang mempersiapkan [to launch] Pertukaran karbon…untuk mendukung pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara, kata Mahendra Sirigarh, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada konferensi pers pada hari Jumat.

Awal pekan ini, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan hanya entitas yang beroperasi di Indonesia yang boleh berdagang di bursa efek dan rencananya akan serupa dengan perdagangan saham.

Dia menambahkan, OJK dan Kementerian Lingkungan Hidup akan mengawasi kegiatan bursa.

Pertukaran karbon akan menampilkan sistem cap and trading di mana tingkat polusi dibatasi dan kelonggaran dapat diperdagangkan oleh badan usaha, menurut salinan peraturan tersebut.

Indonesia pada awalnya berencana untuk memperkenalkan pajak karbon atas emisi yang tidak diimbangi dengan kredit karbon, tetapi telah menunda penerapannya, dengan alasan kondisi ekonomi global yang tidak menguntungkan.

Pada bulan Februari, pemerintah meluncurkan tahap pertama perdagangan karbon wajib untuk hampir seratus pembangkit listrik tenaga batu bara milik Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Batubara merupakan lebih dari separuh pembangkit listrik di Indonesia.

(Laporan Stefano Suleiman)

Standar kami: Prinsip Kepercayaan Thomson Reuters.

READ  Permintaan pangan Indonesia diperkirakan meningkat empat kali lipat pada tahun 2050 memberikan lebih banyak peluang untuk impor