sebuah. Moh. Ibnu Aqil (Jakarta Post)
Jakarta ●
Sabtu, 24 Desember 2022
Hampir setengah dari stok ikan liar Indonesia ditangkap secara berlebihan karena negara tersebut berjuang untuk memenuhi target perikanannya, sementara beberapa ekosistem laut utama tetap berada di luar kawasan perlindungan laut (KKL), menurut sebuah studi baru-baru ini oleh World Resources Institute (WRI). ) di Indonesia telah ditemukan.
Apalagi di periode keduanya, Presiden Joko “Jokowi” Widodo, Direktur Program World Resources Institute Indonesia, Arif Wijaya, memfokuskan kebijakannya di bidang ekonomi, termasuk sektor perikanan.
Arah kebijakan ini tampaknya membuahkan hasil, kata Arif menurut data yang dikumpulkan oleh Institut Sumber Daya Air Indonesia dalam studi, “Tren Pengelolaan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan Indonesia: Sebuah Tinjauan.” Studi tersebut mengatakan bahwa Indonesia telah menjadi produsen makanan laut terbesar kedua di dunia, setelah China.
Namun, melihat lebih dekat pada angka juga mengungkapkan bahwa ketika proporsi ikan liar mengalami stagnasi, akuakultur terus meningkat.
Arif mencatat bahwa dari tahun 2000 hingga 2007 penangkapan ikan liar merupakan bagian terbesar dari produksi ikan, tetapi selama bertahun-tahun, penangkapan ikan liar mengalami stagnasi sementara akuakultur terus tumbuh.
Pada 2019, perikanan liar menyumbang 7,5 juta ton dengan akuakultur sebesar 16,3 juta ton, menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Namun, ini juga merupakan peluang untuk meningkatkan sektor akuakultur di Indonesia dan menjadikannya lebih berkelanjutan. “Kita perlu memastikan bahwa akuakultur terus berkembang atas dasar keberlanjutan,” kata Arif saat peluncuran laporan tersebut, Selasa.
Meski beralih ke akuakultur, sektor perikanan Indonesia tidak mampu memenuhi target produksi 38,3 juta ton pada 2019, dengan realisasi produksi hanya 23,9 juta ton.
Sementara itu, stagnasi tangkapan liar terjadi di tengah tanda-tanda stok ikan liar di Indonesia mulai menipis. Data tingkat pemanfaatan sebelas Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Indonesia menunjukkan bahwa hampir setengah dari stok ikan liar Indonesia ditangkap secara berlebihan pada tahun 2022.
“Mereka dieksploitasi melebihi kemampuannya untuk beregenerasi. Mungkin ini juga salah satu penyebab mengapa sektor perikanan di Indonesia belum bisa mencapai tujuannya.”
Untuk melindungi keanekaragaman hayati laut, pemerintah juga terus memperluas cagar laut, dari hanya sekitar 5 juta hektar pada tahun 2002 menjadi sekitar 23 juta hektar pada tahun 2019, dengan target pemerintah mencapai 32,5 juta hektar kawasan perlindungan laut pada tahun 2030.
Namun, analisis WRI Indonesia juga menemukan bahwa 84 persen mangrove, 55 persen lamun, dan 57 persen ekosistem terumbu karang di Indonesia pada 2019 belum masuk dalam kawasan lindung.
Arif mengatakan menambahkan lebih banyak ekosistem ini ke cagar laut akan menjadi langkah maju dalam menjaga keutuhan sumber daya laut.
Menanggapi kajian WRI Indonesia, Wakil Direktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Andreas Hutahaean, mengaku mengapresiasi laporan tersebut meski perlu ditegaskan kembali dengan tren terkini di lapangan.
“Kalau bicara data statistik, itu harus divalidasi,” kata Andreas.
Ia juga mengatakan bahwa kajian WRI Indonesia tidak mampu menggambarkan kondisi di masa pandemi yang menjadi masa sulit bagi masyarakat di seluruh dunia, termasuk di sektor maritim Indonesia.
Dia mencatat, setidaknya empat subsektor kelautan, yakni wisata bahari, jasa kelautan, perikanan dan budidaya, serta industri terkait kelautan lainnya, mengalami penurunan pertumbuhan pada 2020 akibat pandemi, namun mulai pulih pada 2021.
“Mari berharap tahun 2022 menjadi tahun terakhir kita melihat COVID-19 [pandemic]kata Andreas.
“Gamer yang sangat menawan. Ahli web. Sarjana TV. Pecandu makanan. Ninja media sosial yang rajin. Pelopor musik hardcore.”
More Stories
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian
Ekonomi perawatan di Indonesia