POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Produk UMKM Indonesia dalam diplomasi budaya dan ekonomi

Produk UMKM Indonesia dalam diplomasi budaya dan ekonomi

Anthony Albanese (Perdana Menteri Australia) datang ke Indonesia dan bertemu dengan Presiden Jokowi. Orang Albanese disambut di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada Senin, 6 Juni 2022. Dalam kunjungan tersebut, Perdana Menteri Albanese memiliki beberapa tujuan, seperti membahas penguatan kerja sama ekonomi, dan kerja sama dalam hal strategi mengatasi perubahan iklim, untuk memastikan bahwa Perdana Menteri Albania menghadiri KTT G20. yang akan diadakan di Bali.

Menyambutnya, Pak Jokowi mengajaknya untuk melakukan kegiatan penanaman pohon. Menariknya, saat itu, Pak Jokowi mengajak Perdana Menteri Australia bersepeda pagi. Mereka menaiki sepeda bambu dan menuju ke Raasaa Resto yang terletak di Kebun Raya Bogor. Tidak hanya cuaca yang mendukung dan bersahabat untuk bersepeda di pagi hari, Presiden Republik Indonesia mengatakan bahwa sepeda ini merupakan cara yang ramah lingkungan. Ia juga menjelaskan betapa pentingnya menggunakan kendaraan ramah lingkungan. Selain alasan tersebut, warga Albania juga mengajak bersepeda ke Resto Raasaa karena itu merupakan jalur yang sering ia tempuh untuk berolahraga. Lebih dari itu, ada tindakan diplomasi yang dilakukan karena Jokowi rupanya menawarkan Perdana Menteri Albanese untuk membawa sepeda bambu yang digunakannya ke Australia.

Mendapat kesempatan itu, Perdana Menteri Albanese sendiri mengaku senang dengan tawaran tersebut.

“Presiden telah menawarkan untuk membawa saya kembali ke Australia, dan Anda akan melihat saya mengendarai satu-satunya sepeda bambu di Canberra,” katanya, mengutip pernyataan resmi dari Sekretariat Kepresidenan.

Perdana Menteri Albanese mengatakan mengundang Jokowi adalah pengalaman yang luar biasa dan menganggapnya sebagai suatu kehormatan besar.

“Selamat pagi,” kata Perdana Menteri Albanese, “Itu adalah pengalaman yang luar biasa dan saya menganggapnya sebagai kehormatan besar bahwa Presiden mengundang saya untuk naik sepeda bambu bersamanya ke tempat yang indah di Kebun Raya ini.”

Lebih dari itu, orang Albania melihat aktivitas bersepeda juga menunjukkan persahabatan antara Australia dan Indonesia. Dia mengungkapkan, Jokowi bahkan menawarkan untuk membawa sepeda bambu miliknya ke Australia.

“Presiden menawarkan untuk membawa saya kembali ke Australia dan dia akan melihat saya di satu-satunya sepeda bambu di Canberra. Tapi itu adalah pengalaman yang luar biasa dan setiap kali saya naik sepeda, saya ingat persahabatannya dengan Presiden Widodo.”

Sejarah Sepeda Bambu di Indonesia

Sepeda bambu pertama kali didemonstrasikan pada tanggal 26 April 1894 dan pertama kali dipatenkan oleh Auberg dan Andrew Gustafson pada tahun 1896. Jadi sepeda bambu sendiri sudah ada sejak lama, namun semakin lama semakin hilang karena banyak produsen sepeda yang lebih memilih sepeda bambu. . bahan lainnya. Pembuatan sepeda. Tingkat kesulitan dalam pembuatan sepeda bambu ini adalah proses menempelkan bambu pada komponen sepeda lainnya atau menempelkan mata rantai pada rangka. Bahan bambu biasanya direkatkan dengan resin epoksi atau serat karbon atau juga dengan sambungan besi atau baja.

Nah, di Indonesia yang beriklim tropis sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman bambu, ternyata banyak sekali jenis bambu yang memiliki kemampuan tumbuh bambu yang sangat cepat, sehingga bisa dikatakan pasokan bambu bahan baku di Indonesia melimpah. Hal inilah yang membuat para kreator Indonesia memanfaatkan situasi ini, salah satunya Cepat.

Fakta Sepeda Bambu yang Digunakan Jokowi dan PM Albania

Yang cukup menarik, sepeda yang dimaksud adalah sepeda bambu yang didesain untuk penggunaan jalan raya, karya Singgih S. Kartono. Singgih sendiri adalah pemilik perusahaan manufaktur sepeda bernama Spedagi yang berasal dari Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah

Sebelumnya pasti banyak yang tahu bahwa Indonesia memang rumah bagi banyak merek sepeda yang produknya tersebar di seluruh dunia. Beberapa di antaranya menyebutnya Polygon, United, Wimcycle, Pacific, dan Element. Namun tak hanya itu, jelas ada brand lain yang menawarkan ekstra sepeda berkonsep eco, karena rangkanya dibuat dengan bahan yang berasal dari alam, yaitu sepeda bambu Spedagi.

Ada makna dibaliknya, nama Spedagi sepertinya berasal dari kata “morning bike”, aktivitas bersepeda yang dilakukan Singgih sebelum memperkenalkan produk sepeda bambu. Singgih yang merupakan lulusan Departemen Desain dan Produk FSRD ITB ini memiliki minat yang lebih besar terutama pada pemberdayaan desa dan prinsip-prinsip berkelanjutan.

Awalnya, Senge kagum dengan sepeda bambu buatan Craig Calvey dari Amerika Serikat. Sepeda tidak hanya terbuat dari bambu, tetapi juga dibuat dengan tangan. Menyadari bahwa Indonesia sendiri memiliki sumber daya pohon bambu yang melimpah dan keterampilan tradisional berupa kerajinan tangan, ia akhirnya tergerak untuk memperkenalkan inovasi serupa.

Pengembangan desain Spedagi awalnya dimulai pada tahun 2013, kemudian pada akhir tahun 2014 kegiatan produksi dimulai seiring dengan perbaikan terus-menerus dalam hal desain dan proses produksi.

Terus berkembang dan produknya menjangkau berbagai negara, sepeda bambu Spedagi telah mengaspal jalan-jalan di Australia, Jepang, dan Prancis. Sepeda jenis ini telah mendapatkan pengakuan dari berbagai ajang penghargaan, di antaranya Good Design Award dari Asean-Japan Center pada tahun 2017.

Dalam pembahasan lebih lanjut, sepeda bambu Spedagi terutama terbuat dari bambu jenis Bambu (Dendrocalamus asper). Bambu betung sendiri didefinisikan sebagai jenis bambu yang memiliki lingkar batang yang besar, dan ada jenis lain yang dianggap kuat dan melimpah di sejumlah daerah pedesaan.

Ia menjelaskan, bambu betong memiliki struktur yang kuat dan mampu menahan beban hingga 75 kilogram atau lebih. Bahkan, sepeda bambu Spedagi lolos uji riding Jakarta-Madion sejauh 750 km, dengan total muatan 90 kg dan tanpa kerusakan apapun.

Sepintas, Betong Bambu biasanya hanya dijual dalam bentuk kayu gelondongan dengan harga maksimal Rp. 50 ribu. Namun di tangan yang tepat seperti Singgih, batang bambu ini bisa cepat naik nilainya setelah diubah menjadi sepeda dengan harga jutaan rupiah per unitnya. Bambu yang digunakan untuk membuat sepeda sendiri sebagian besar berasal dari desa di kampung halamannya di Temanggung. Sepeda bambu diharapkan bisa menjadi gerakan sosial. Singgih ingin masyarakat lebih peduli dengan kondisi desa yang memiliki potensi bagus dan besar untuk dikembangkan.

Terungkap, selama ini 95 persen produk yang dihasilkan Singgih dan karyawannya yang berasal dari pedesaan hingga ke Amerika Serikat, Brazil, hampir seluruh negara Eropa, Jepang, Korea Selatan, Hongkong, Singapura dan Australia diekspor ke Selandia Baru. Sedangkan 5 persen sisanya dijual di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta dan Bali.

Sepeda Ganti Spedagi / Bambu

Spedagi tersedia dalam beberapa pilihan desain, Spedagi Dwiguna (Double Track) dirancang untuk Anda yang bersepeda di jalan raya dan trek pedesaan yang kasar, Spedagi Dalanrata (Road bike) untuk Anda yang bersepeda dengan lancar di jalur panjang jalan raya, Spedagi Gowesmulyo ( The Joy Bike) dan Spedagi Rodacilik (minivelo) sama-sama menggunakan ban berdiameter kecil yang praktis dan nyaman digunakan di perkotaan. Keempat pilihan tersebut dipasarkan dengan harga yang berbeda, mulai dari Rp. 3,5 juta.

Menariknya, sepeda bambu Spedagi lolos uji riding Jakarta-Madion sejauh 750 km, dengan beban total 90 kg, dan tanpa kerusakan apapun.

Nah, Spedagi juga belum dipakai di Indonesia. Produk Temanggung ini sudah merambah ke banyak negara seperti Jepang dan Perancis. Selain itu, Spedagi juga mendapat penghargaan dari berbagai kalangan, dan tidak ditemuinya dari luar negeri. Salah satunya di tahun 2017 mendapatkan penghargaan Good Design Award oleh ASEAN Pusat Jepang.