Pengembang utilitas yang berbasis di Riyadh, ACWA Power, telah dipilih sebagai penawar pilihan untuk pengembangan dua pembangkit listrik tenaga surya di Indonesia, ekonomi terbesar di Asia Tenggara.
Dua proyek tersebut antara lain PLTU Singkarak di Sumatera berkapasitas 50 MW dan satu proyek lagi di Jawa dengan total kapasitas 60 MW. ACWA Power mengumumkan rencananya di pernyataan Pada hari Minggu ke Bursa Efek Tadawul, dimana sahamnya diperdagangkan.
“ACWA Power sekarang akan bekerja dengan pemangku kepentingan terkait untuk memindahkan proyek ini ke tahap penghargaan akhir,” kata perusahaan tersebut, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Indonesia berencana untuk memenuhi setidaknya 51 persen dari total kebutuhan energinya dari sumber terbarukan pada tahun 2030. Negara ini juga bertujuan untuk menjadi netral karbon pada tahun 2060 atau lebih awal, dengan energi terbarukan menyediakan hingga 85 persen dari bauran energinya dalam jadwal ini.
Awal tahun ini, Masdar dari Abu Dhabi juga membentuk usaha patungan dengan Mitrabara dari Indonesia untuk menyediakan solusi energi terbarukan bagi sektor komersial dan industri yang berkembang pesat di negara ini seiring dengan perluasan operasinya secara global.
ACWA Power memainkan peran penting dalam mendiversifikasi sumber energi di Kerajaan Arab Saudi melalui investasinya dalam proyek energi terbarukan. Eksportir minyak terbesar dunia berencana untuk meningkatkan kapasitas gas dan energi terbarukan, setara dengan satu juta barel minyak per hari, pada tahun 2030.
Dana kekayaan negara Arab Saudi, Dana Investasi Publik, adalah pemegang saham terbesar perusahaan, dengan 50 persen saham.
ACWA Power memiliki tujuh pemangku kepentingan lainnya, termasuk Badan Pensiun Umum.
Perusahaan mengumpulkan $1,2 miliar dari pencatatannya tahun lalu, menjadikannya salah satu penjualan saham terbesar di bidang energi setelah rekor IPO Saudi Aramco di Tadawul pada 2019, yang menghasilkan rekor $29,4 miliar.
Diperbarui: 08 Mei 2022, 14:52
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian