POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Meskipun rasio positif Omigron lebih tinggi daripada Delta, BOR lebih rendah

Sejauh ini, tempat tidur terisolasi dan ICU di rumah sakit untuk pasien masih memadai

JAKARTA (Andara) – Jumlah kasus omigran positif lebih tinggi dari varian delta, namun jumlah tempat tidur (BOR) lebih rendah dibandingkan varian delta, menurut City Nadia Darmizi, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Kementerian Kesehatan. .

Dalam laporannya, Rabu, Dormisci mencatat, per 15 Februari, 33 persen pasien COVID-19 di Indonesia dirawat di rumah sakit.

Dia mencatat, rumah sakit di Indonesia berada dalam posisi untuk merawat pasien Kovit-19 selama gelombang variasi omigran ini. Hingga Rabu, pemerintah telah meningkatkan kapasitas tempat tidur untuk pasien COVID-19 dari 88.455 menjadi 91.018.

“Selama ini tempat tidur isolasi dan ICU untuk pasien sudah memadai. Sekitar 60 persen tempat tidur di Indonesia dan daerah dengan pekerjaan perawatan intensif tidak ditemukan,” katanya.

Dari 15.313 tempat tidur terisolasi yang disediakan untuk provinsi Jakarta, hanya 54,9 persen yang ditempati, Dormizi kemudian menunjukkan. Demikian pula dari 921 tempat tidur ICU, hanya 44,1 persen yang terisi. Kondisi ini berbeda dengan yang dialami varian Delta saat Jakarta merawat 18.824 pasien Kovit-19 saat puncak gelombang Delta.

“Kami meminta pasien tanpa gejala dan pasien dengan gejala ringan untuk menjalani isolasi mandiri di rumah atau di pusat isolasi terpusat yang disediakan oleh pemerintah. Isolasi di rumah sakit akan difokuskan pada pasien dengan gejala sedang, berat, dan kritis serta penyakit penyerta.” Dia menyebutkan.

Dormisci mengatakan data 13 Februari menunjukkan bahwa sebagian besar pasien tanpa gejala dan mereka yang memiliki gejala lebih ringan masih tidak memerlukan terapi oksigen. Dari 20.920 pasien yang dirawat di rumah sakit hingga 13 Februari, 4.037 tidak menunjukkan gejala dan 9.664 mengalami gejala ringan. Dengan demikian, 65,49 persen pasien sebenarnya dapat menjalani isolasi mandiri.

“Layanan telemedicine dan pengiriman obat kami kepada pasien yang diisolasi semakin meningkat. Diluncurkan pada 29 Januari 2022,” katanya.

Sementara itu, dari 130.346 pasien yang menghubungi layanan telemedicine, 97 persen berkonsultasi jarak jauh dengan dokter atau penyedia layanan kesehatan dan memperoleh resep elektronik dari layanan telemedicine, 85 persen di antaranya mendapatkan paket obat gratis dari Kementerian Kesehatan. Hari yang sama atau hari berikutnya.

Namun, Dormisci menunjukkan bahwa beberapa pasien yang diisolasi sendiri menggunakan layanan telemedicine gratis. Dari 346.930 kasus terkonfirmasi COVID-19 sejak 17 Januari hingga 13 Februari 2022, hanya 130.346 pasien atau 38 persen di antaranya yang menggunakan layanan telemedicine.

“Dengan mengurangi beban rumah sakit dan tenaga kesehatan, kami dapat memberikan perawatan yang lebih baik bagi pasien dengan gejala sedang dan kritis serta mengurangi risiko perburukan dari COVID-19,” katanya.

Selain itu, Kemenkes mengingatkan masyarakat untuk segera melengkapi vaksin Covid-19 dua dosis. Hal ini bertujuan untuk mencegah orang mengalami gejala yang parah dan menghindari risiko kematian.

Dormichi mengatakan vaksin masih merupakan tindakan pencegahan yang efektif dalam hubungannya dengan peraturan kesehatan yang ketat. Per 15 Februari, sekitar 188,5 juta atau 90,55 persen populasi telah menerima dosis pertama vaksin Govit-19; 136,6 juta atau 65,61 persen penduduk telah divaksinasi lengkap; Dan 7,2 juta, atau 3,49 persen di antaranya, telah menerima vaksin booster.

Berita Terkait: Tingkat tinggal di tempat tidur di rumah sakit di bawah kendali nasional: KSP
Berita Terkait: Aktivasi PPKM yang berkelanjutan mungkin efektif dalam mengendalikan penyakit Govit-19
Berita Terkait: Pemerintah Kota Bandung sedang menyiapkan pusat isolasi terpadu untuk pasien Pemerintah