POSPAPUA

Ikuti perkembangan terkini Indonesia di lapangan dengan berita berbasis fakta PosPapusa, cuplikan video eksklusif, foto, dan peta terbaru.

Djokovic yakin Indonesia akan memimpin perdagangan karbon global

Tempo.co., Jakarta -Presiden Joko Widodo atau Djokovic Indonesia berharap dapat menjadi pemimpin pasar dalam perdagangan karbon global. Dia percaya Indonesia akan memiliki potensi perdagangan karbon yang lebih baik daripada rekan-rekannya dengan hutan tropis yang lebih baik daripada Peru, Kenya dan Brasil.

“Menciptakan harga karbon country-wise di Indonesia relatif kompetitif dibandingkan dengan pemimpin perdagangan karbon lainnya di dunia, seperti Brasil, Peru, dan India,” katanya dalam keterangannya, Kamis, 20 Januari.

Djokovic mengatakan Indonesia memiliki sejumlah skema percontohan REDD+ dengan skema pembayaran berbasis hasil (RBP) seperti Green Climate Fund (GCF), Forest Carbon Partnership Facility (FCPF), dan Bio Carbon Fund (BCF). $273,8 juta.

Presiden juga menyampaikan bahwa pemerintah memiliki sejumlah strategi kebijakan untuk menghidupkan kembali ekonomi hijau melalui pembangunan rendah karbon. Kebijakan tersebut tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.

Indonesia telah merilis peta pencapaian net zero emisi pada tahun 2060, termasuk net immersions di sektor kehutanan dan pertanahan pada tahun 2030.

“Ada penawaran insentif hijau untuk mendorong tingginya sensitivitas ekonomi hijau,” katanya.

Mantan Wali Kota Solo itu mengatakan upaya perlindungan dan restorasi lingkungan telah sangat berhasil dalam beberapa tahun terakhir. Dia mengatakan laju deforestasi negara itu akan berkurang secara signifikan sebesar 75 persen, atau 115.000 hektar, pada 2019 dan 2020.

Presiden juga mengatakan bahwa jumlah titik panas telah turun menjadi 1.369 pada tahun 2021, turun dari 89.214 pada tahun 2014.

Dari sisi pendanaan, Indonesia menerbitkan obligasi pemerintah untuk kategori lingkungan, masyarakat dan tata kelola (ESG) untuk memperluas basis investasi yang bertanggung jawab secara lingkungan dan sosial. Indonesia telah mengembangkan mekanisme nilai ekonomi karbon yang bertujuan untuk mendorong tercapainya pengurangan emisi sektor swasta.

Terakhir, APBN menerapkan pengkodean anggaran Iklim Dan pajak karbon dalam menangani perubahan iklim.

Melangkah: Menteri Erlanga minta BEI kembangkan mekanisme perdagangan karbon

Mutia Yuantisya