TEMPO.CODan Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan defisit APBN Indonesia hingga 30 September 2021 sebesar Rp 452 triliun atau 2,74 persen dari PDB.
Jumlah tersebut turun 33,7% dibandingkan tahun lalu. “Ini menunjukkan konsolidasi fiskal yang sedang berlangsung, dan secara tidak langsung berarti pemulihan ekonomi berjalan seperti yang kita harapkan,” kata Sri dalam konferensi pers, Senin, 25 Oktober.
Menurut dia, penurunan tersebut didorong oleh kenaikan signifikan penerimaan negara dan pengendalian belanja pemerintah pada akhir September 2021.
Pada akhir bulan lalu, pendapatan negara adalah 1.354,8 triliun rupee, naik 16,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi anggaran sebesar 77% dari PDB.
“Dibandingkan dengan pertumbuhan Agustus 13,9 persen, ini [economic growth in] September bahkan lebih tinggi. Ini menunjukkan sesuatu yang positif. “Kami berharap akselerasi kegiatan ekonomi ini dapat diwujudkan dalam penerimaan pajak, bea cukai, dan PNBP,” kata Sri Mulyani.
Secara rinci, Indonesia mencatat penerimaan pajak sebesar Rp850,1 triliun atau 69,1% dari target, Rp182,9 triliun dari bea cukai dan pajak, dan Rp320,8 triliun dari PNBP. Sedangkan belanja pemerintah hingga akhir September 2021 sebesar Rp1806,8 triliun.
Baca: Sri Mulyani Atasi Perubahan Iklim dan Dampaknya Terhadap Keuangan
CAESAR AKBAR
More Stories
Indonesia menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen hingga 5,5 persen pada tahun 2025.
Indonesia siap menjadi ekonomi hijau dan pusat perdagangan karbon global
Indonesia berupaya menggenjot sektor ritel untuk mendukung perekonomian