JAKARTA (ANTARA) – Indonesia diperkirakan akan kembali menjadi ketua ASEAN pada 2023, dan momentum ini menjadi peluang untuk memimpin pembangunan Asia Tenggara sebagai pusat perekonomian global di masa mendatang.
Momentum ini juga bermanfaat untuk mendorong investasi dan perdagangan di Indonesia.
Tema “ASEAN Matters: Epicenter of Growth” diharapkan dapat menampilkan potensi ASEAN sebagai hub pertumbuhan ekonomi global.
Ini bukan hanya retorika, karena ASEAN adalah ekonomi terbesar kelima di dunia, dengan populasi lebih dari 650 juta orang dan PDB sebesar 3,36 triliun USD pada tahun 2021.
Apalagi, perdagangan ASEAN dengan negara mitra juga tumbuh signifikan, mencapai 34 persen selama satu dekade terakhir.
Sementara itu, nilai arus masuk investasi asing ke ASEAN diperkirakan mencapai US$179 miliar pada 2021, dengan sektor keuangan dan asuransi mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 32 persen.
Secara keseluruhan, ASEAN memiliki pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabilitas ekonomi makro. Ekonomi ASEAN diperkirakan tumbuh sebesar 5,3 persen pada tahun 2022 dan secara keseluruhan diperkirakan tumbuh sebesar 4,6 persen tahun ini dan 5,6 persen pada tahun 2024.
Pertumbuhan ini akan terus ditopang oleh konsumsi, perdagangan dan investasi yang kuat.
“Asean selalu menjadi titik terang dalam ekonomi global karena kawasan ini menawarkan peluang ekonomi yang paling menjanjikan dibandingkan dengan ekonomi global,” kata Menteri Keuangan Shri Mulyani Indravati.
Oleh karena itu, ia mencatat kolaborasi dan kerja sama yang kuat harus dilakukan agar ASEAN dapat bertahan melawan berbagai bahaya yang mengancam perekonomian kawasan.
Menjadi tujuan investasi
Indonesia merupakan salah satu negara di ASEAN dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa dan memiliki potensi ekonomi yang besar, mulai dari keragaman sumber dayanya, jumlah angkatan kerja usia kerja yang besar, dan pasar yang besar.
Bahkan, di antara negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia menduduki peringkat kedua setelah Singapura dalam jumlah aliran masuk investasi asing langsung (FDI) ke negara itu selama 2020-2021.
Indonesia juga merupakan negara berbasis manufaktur untuk pasar internasional dengan kontribusi sebesar 36 persen dari total PDB ASEAN.
Sebagai satu-satunya anggota G20 di kawasan ini, Indonesia mengalami pemulihan dan pertumbuhan ekonomi, dengan PDB sebesar US$1,3 triliun dan PDB per kapita sebesar $5.000.
Berdasarkan data Bloomberg pada April 2023, Indonesia merupakan negara yang bertahan dari kemungkinan resesi di masa depan, dengan persentase kemungkinan resesi hanya mencapai dua persen.
Oleh karena itu, Keketuaan ASEAN 2023 diharapkan tidak hanya mempercepat siklus ekonomi tetapi juga meningkatkan potensi kerja sama investasi dan perdagangan dengan sesama negara ASEAN dan di luar ASEAN.
Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mendukung faktor ekonomi makro, dan kehadiran serta stabilitas kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi salah satu faktor yang menarik kepercayaan investor global terhadap Indonesia.
Bukti betapa menariknya Indonesia sebagai tujuan investasi terlihat dari data sentimen investasi dari seluruh dunia, mulai dari Asia Timur, ASEAN, AS hingga Eropa.
Selama periode Januari hingga Maret 2023, investasi asing terbesar berasal dari Singapura, Hong Kong, China, Jepang, dan AS.
Kerja sama intra-ASEAN dimungkinkan
Sektor swasta juga tertarik dengan potensi kerjasama perdagangan dan investasi antar negara ASEAN.
Arsjad Rasjid, presiden Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN), merangkap ketua Dewan Penasihat Bisnis ASEAN (ASEAN-PAC), mempromosikan tiga nilai inti ASEAN untuk mengubah kawasan ini menjadi pusat ekonomi global.
Nilai-nilai tersebut meliputi sentralitas, inovasi, dan inklusivitas.
Indonesia memiliki visi untuk memperkuat konektivitas antar negara di Asia Tenggara melalui komunitas bisnis dan peran penting sektor swasta, ujar Rasjit.
“ASEAN memiliki banyak potensi yang akan menjadi salah satu penentu utama pertumbuhan dan perkembangan ekonomi global,” ujarnya.
“Kami mendorong 10 negara anggota ASEAN ini untuk bersatu dan menciptakan inovasi sentralisasi bersama untuk menggerakkan dunia,” tegasnya.
Dalam kunjungan ASEAN tersebut, selain mengedepankan komitmen untuk menginisiasi sentralisasi ASEAN sebagai pusat pembangunan ekonomi global, delegasi ASEAN-BAC yang merupakan kalangan pengusaha juga menjajaki potensi kerja sama dan investasi.
Bersama Singapura, Indonesia berkomitmen untuk memperkuat investasi di sektor energi baru dan terbarukan.
Pengusaha Indonesia bermitra dengan Filipina untuk meningkatkan produksi nikel global dan bertujuan menjadikan ASEAN sebagai pusat rantai pasokan untuk industri kendaraan listrik.
Kemitraan juga telah diperluas ke Myanmar, yang memiliki unsur logam tanah yang melimpah, salah satu komponen kunci dalam pengembangan kendaraan ringan.
Ada juga ruang kerja sama untuk mempromosikan energi terbarukan menuju target emisi nol bersih pada tahun 2060.
Dengan Malaysia, Indonesia berupaya memperkuat kerja sama yang sudah ada, sedangkan dengan Kamboja, Indonesia membidik transformasi digital dan kemitraan di bidang pariwisata. Indonesia menggarisbawahi inisiatif pembangunan berkelanjutan dengan Brunei Darussalam
Dengan Vietnam, Indonesia membidik kerja sama dalam pembangunan infrastruktur, energi terbarukan, teknologi tinggi, dan transformasi digital.
Keketuaan ASEAN Indonesia pada tahun 2023 menjadi pendorong untuk memperkuat integrasi antar negara di Asia Tenggara.
Melalui kerja sama, ASEAN diperkirakan mampu menjadi hub of the global economy di tengah ketidakpastian global yang semakin tinggi.
Posisi ASEAN yang kuat diharapkan dapat memberikan dampak ekonomi bagi negara-negaranya, termasuk Indonesia.
BERITA TERKAIT: Menteri Uno yakin promosikan Delegasi Pemuda ASEAN Labuan Bajo
Berita terkait: Negara-negara ASEAN harus menjembatani kesenjangan digital: VP
“Pembaca yang ramah. Penggemar bacon. Penulis. Twitter nerd pemenang penghargaan. Introvert. Ahli internet. Penggemar bir.”
More Stories
Anies Baswedan berpeluang maju di Pilkada Jabar: Juru Bicara
Indonesia Atasi Utang Perumahan dengan Subsidi FLPP
Tarian terakhir Jokowi